Friday, July 10, 2015

Tirakat

Dunia terlalu terburu merenggutku jatuh
Meski hayat sudah terlalu suntuk
Mengecapi nikmat dunia sementara ini
Lewat dosa yang dilazimi
Dek nafsu yang diladeni
Menutup pintu cahaya
Menerobos lubuk hati


"
Lelaki biasa itu. Terkumpul khilaf dan dosa. Sering menjerumus ke lembah nista. Apa yang ada padanya?

Langkahnya sayu, matanya suram. Rambutnya kusut, pengabdiannya kelam. Di oleng mudik ke kiri, di pukul mudik ke kanan. Sekali bah melanda, bahtera tenggelam! Dalam samudera luas terbentang.

Lelaki biasa itu. Bukan pemangku raja, waima pewaris hartawan terkemuka. Masih bertatih mengumpul harta. Masih mentah soal cinta. Masih mengenal apa itu kaca dan dimanakah permata ?



Langkahnya terbejat. Disuar cahaya neon yang basah. Lalu mengarang satu persatu bait patah, disusun untuk dipersembah pada tuhannya. Dikumpul untuk menjadi senandung hati yang pilu. Ditumpuk segala harap, moga ada embun yang mengalir jernih, menyuci sehening dosa. Atau paling tidak, gerimis turun dipagi hari, melembutkan hati yang kian keruh. Atau paling tidak, fajar terbit menyingsing, menerbitkan rona oren yang memukau, sebagai pemujuk jiwa.

Duhai Tuhan yang mendengar setiap zarah berbicara,
Dari jiwa dalam dan tulis lemah luahan hamba. Sungguh tirakatku, hanya untuk Engkau. Walau duniaku berpaling ke kiri, namun hati ini.. Hanya mahu terarah kepadaMu..