Pada gagasan mereka, budaya menjadi iman
Masihi enam ratus dua puluh tujuh;
Siapa tahu usulan yang dibangunkan sang pria dari Parsi; Salman Al Farisi bakal mengikat sejarah besar dalam peradaban Islam.
"Wahai Rasulullah! di Parsi ketika kami takut akan serangan pasukan berkuda, kami biasanya akan menggali parit di sekeliling kota! Izinkan kami menggalinya mengelilingi kota!"
Strategi luar biasa dan tidak terduga sama sekali. Malahan sepanjang proses penggalian berlangsung terdapat beragam hikmah diungkapkan.
Ketika mana kerja-kerja penggalian disertai junjungan Rasulullah sendiri. Baginda memperdengarkan iringan do'a, lantunan puisi dan lagu yang segera para sahabat ikuti bersama-sama.
Saat-saat kebersamaan dalam suasana harmonis – Pengekspresian cinta dan kasih yang tidak terbatas kepada apa yang mereka terima daripada Tuhan tetapi juga dalam cara mereka menyuarakan perasaan.
Lalu di sudut itulah kita belajar keimanan memerlukan penyertaan pada ruang sosial dan budaya sebagai dokongan agar ruh-ruh islam itu sendiri lebih hidup sekalian ditenagai.
Begitulah hikmahnya kepimpinan junjungan Rasulullah. Bagaimana baginda menyelami dan melibatkan sisi manusiawi -- budaya masyarakat sebagai salah satu energi untuk mentenagai iman.
Lantaran itu cinta mereka tidak bertumbuh menjadi gagasan yang bersifat ritual keagamaan semata-mata bahkan hal-hal berupa budaya awalnya – Syair dan lagu turut bersama membangunkan gagasan iman yang ber'ilahkan Allah subhanahu wa ta'ala.
Keimanan memerlukan budaya untuk menjadikan iman sebagai budaya; Gagasan Khandaq mengajar kita.
Maha suci Allah!
AwwabHafeez_kelopakdisember
p/s: Begitulah rasa saat keberadaan bersama. Ujian menghujat jatuh seluruh arah menguji sumpah taatmu pada berjuang. Sehingga darah menyimbah jatuh pada bumi yang menjadi saksi. Kekarkah kita hingga ke saat itu? Biidznillah.
No comments:
Post a Comment